Minggu, 01 September 2013

Jadi Single itu... Susah?

Apakah hidup seorang single itu mudah? Bagi beberapa gelintir orang mungkin hidup sendiri / sebagai seorang single itu adalah hal yang mudah, menyenangkan dan bebas untuk mereka jalani, tapi bagi saya sendiri sebagai seorang pribadi, tidaklah mudah hidup sebagai single dan mungkin hal ini juga dirasakan oleh sebagian besar single lainnya. Kita dapat melihat dari berbagai sisi positif maupun negatif dari status single itu sendiri. Wanita dan pria single tidak hanya menghadapi berbagai perasaan yang ada di dalam diri tanpa pasangan, tetapi juga menghadapi pandangan orang-orang disekelilingnya. 

Sebagian besar orang  sering memandang wanita single diatas 30 tahun memiliki sifat mudah marah dan mudah tersinggung. Tapi pernahkah terpikir mengapa wanita single cenderung memiliki sifat mudah marah dan mudah tersinggung? Bisa jadi hal itu dikarenakan orang-orang disekelilingnya yang terlalu menekan seperti selalu menanyakan kapan menikah, jangan pilih pilih calon dan sebagainya. Pertanyaan dan anggapan tersebut adalah sesuatu yang salah dan dapat membuat wanita single menjadi jenuh dan marah. Secara tidak langsung orang-orang di sekelilingnyalah yang membentuk sifat mudah marah dan sensitive terhadap wanita single. 

Walaupun demikian, perlu dipahami bahwa pendapat maupun tekanan dari orang-orang disekeliling wanita single ini adalah bentuk dari kasih sayang, kepedulian bahkan mungkin kekhawatiran mereka terhadap wanita yang masih single di umur yang dipandang masyarakat sudah seharusnya menikah. Hanya saja penyampaian rasa peduli terhadap status wanita single itu kurang tepat. Terkadang pertanyaan yang berulang dan penekanan-penekanan yang dirasa semakin lama membuat risih wanita single, sehingga semakin lama terbentuklah rasa kesal tersebut menjadi sifat mudah marah dan mudah tersinggung. 

Tuntutan dari keluarga untuk cepat menikah sering menjadi pemicu pertengkaran dengan orang tua ataupun keluarga. Setiap kali ada kerabat, anak teman orang tua, atau teman yang menikah, maka orang tua akan menanyakan kapan anaknya akan menikah. Hal yang wajar bila orang tua menginginkan anaknya segera menikah. Tapi anak akan merasa terbebani apabila setiap saat ditanya hal yang sama mengenai pasangan hidup. Usaha orang tua mencarikan jodoh bagi anaknya yang terkadang berlebihan, membuat anak semakin kesal dan membentuk rasa gengsi dan keras kepala. Maka hubungan antara orang tua dan anak menjadi kurang baik. 

Anak dengan rasa gengsinya yang tinggi merasa terlukai karena merasa orang tua ataupun orang disekitarnya tidak memiliki keyakinan terhadap kemampuan dirinya sendiri untuk mendapatkan pasangan hidup sendiri. Mungkin sebagian orang ada yang menuruti kemauan orang tua dengan mudah, orang yang pada akhirnya setelah sekian lama dipaksa akhirnya menyerah pada kemauan orang tua dan menerima perjodohan, maupun orang yang keras kepala dengan gengsi yang tinggi terus melawan dan pada akhirnya lebih baik memutuskan untuk tetap menjadi seorang single selamanya, ataupun pada akhirnya menyesali kegengsian yang membuatnya kesepian menjalani hidup.

Bagi para single dengan gengsi yang tinggi, patutlah sedikit menunduk kebawah. Mungkin para single menilai terlalu tinggi dirinya sendiri sebelum anda dinilai oleh orang lain. Seorang single merasa yakin mampu mendapatkan sendiri pasangan hidupnya namun sekian lama masih juga single, pasti pernah terbesit keraguan pada diri sendiri akan kemampuannya, namun karena rasa gengsi yang terlalu tinggi, single menutup mata akan hal tersebut. Cobalah untuk berpikir dengan cara berbeda bahwa perjodohan bukanlah suatu hal yang melukai harga diri, tetapi adalah suatu kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak pertemuan. Perjodohan yang diatur oleh keluarga atau teman hendaknya dijalankan saja dulu, karena mungkin saja perjodohan adalah salah satu cara untuk bertemu dengan pasangan hidup.

Tidak ada yang salah dengan perjodohan. Jangan langsung berpikir skeptis mengenai perjodohan, yang mana sering dianggap sebagai tindakan putus asa yang melukai harga diri karena gengsi yang terlalu tinggi. Mindset yang mungkin terbentuk oleh rasa memandang diri sendiri terlalu tinggi terhadap diri sendiri adalah bahwa orang yang dijodohkan untuk single adalah orang yang dijodohkan pasti menyukai mereka, sehingga dengan gengsi tinggi sebelum terjadi perjodohan atau bahkan mendengar ide atau saran perjodohan, single akan menolak, marah, dan tersinggung. Padahal hendaklah memandang kebawah terhadap diri sendiri, sekalipun anda tidak menyukai perjodohan ataupun orang yang dijodohkan untuk anda, belum tentu orang tersebut menyukai anda ataupun perjodohan itu sendiri. 

Kebanyakan perempuan lajang mengatakan bahwa mereka merasa iri teman-teman mereka yang telah menikah atau memiliki pasangan, adapula diantaranya mengatakan, mereka senang menjadi lajang. Wanita single kadang merasa iri melihat temannya yang telah menikah dan menghabiskan waktu bersama keluarganya.  Kenapa rasa iri ini lebih cenderung terjadi pada  kebanyakan wanita single daripada pria single? 

Kecemburuan atau rasa ini dicirikan sebagai sifat feminin yang dimiliki wanita. Perasaaan wanita lebih sensitive dari pada pria. Kebanyakan pria single tidak merasa iri pada temannya yang akan menikah ataupun telah menikah, karena tekanan dari sekitar mereka tidak terlalu besar seperti yang dialami wanita single, dan dalam pertemanan mereka tidak mengalami banyak perubahan walaupun status temannya berubah. Namun tidak dapat dipungkiri ada pula pria yang juga merasa iri terhadap temannya yang menikah lebih dulu. Dalam pertemanan mereka, para pria tidak atau tidak terlalu banyak membicarakan masalah rumah tangga, dalam pergaulan para pria lebih cendrung membicarakan masalah kesukaan, hobi, bisnis atau hal-hal lain diluar masalah rumah tangga. Lain halnya dengan wanita, yang selalu membicarakan berbagai macam hal,terutama tentang perasaan.

Intensitas pertemuan dengan teman yang telah menikah semakin berkurang karena waktu mereka untuk keluarga. Kalaupun wanita single dapat berkumpul dengan temannya yang telah menikah, maka sebagian topik pembicaraan akan berkisar seputar rumah tangga mereka dan kemudian muncul semacam perasaan kehilangan teman yang dulu. Dalam situasi seperti ini, wanita single berjuang melawan perasaan kesepian karena belum memiliki pasangan hidup dan teman mulai berkurang. Situasi seperti ini terkadang akan terjadi secara wajar seperti seleksi alam, dimana wanita single berada diantara teman-temannya yang mulai membangun keluarga akan merasa kurang nyaman berada diantara mereka. 

Ketika wanita single menerima undangan pernikahan ataupun mendengar kabar teman mereka akan menikah, dalam hati timbul rasa iri dan keinginan cepat menikah. Setelah wanita single berhasil mengatasi perasaan iri melihat teman yang menikah, wanita single perlu menebalkan telinga, bersikap cuek terhadap pertanyaan yang akan muncul di pesta: Kapan menyusul?Calonnya mana? dan lain sebagainya, dan itu bukanlah pekerjaan yang mudah.

Pada saat mengajukan kredit di bank untuk membeli rumah, mobil atau membuka usaha pihak bank meminta surat nikah. Ketika  berbincang-bincang dengan orang teman yang sudah lama tidak bertemu, teman orang tua, orang yang baru dikenal atau terlibat dalam pembicaraan yang bertanya mengenai hal seperti: Kok sendirian, suaminya mana? sudah punya anak berapa? dan lain sebagainya, ketika wanita single mengatakan bahwa belum menikah, maka mereka akan berkata:oh maaf. Mengapa mereka harus minta maaf atas status yang masih single? Bukanlah hal yang menyedihkan wanita single mengajukan kredit. Justru saya yakin wanita tersebut merasa bahagia karena dapat membeli rumah atau mobil, meskipun dengan meminjam uang dari bank. Jadi sebenarnya untuk apa kata maaf tersebut? kata maaf yang disampaikan itu seolah dapat menimbulkan banyak tekanan-tekanan lain bagi wanita single atas statusnya yang masih single di dalam pandangan masyarakat luas.

Untuk mengisi kehidupan dan membunuh rasa kesepian, wanita single lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor atau mengurus bisnisnya. Masyarakat akan menilai penyebab wanita single sulit mendapatkan pasangan hidup karena wanita single menghabiskan waktunya di kantor atau terlalu sibuk bekerja. Ketika wanita single mengisi waktunya dengan berkumpul bersama temannya yang single, maka masyarakat akan berpendapat agar wanita jangan berkumpul dengan yang single juga, karena akan membuat pikiran kita malas untuk menikah. Ketika menghabiskan waktu  liburnya sendiri dengan menonton televisi, shopping,melakukan hal-hal yang dianggap orang kurang penting dan hal-hal lain yang membuat mereka berada dalam zona nyaman ataupun melepas penat setelah bekerja terus menerus, masyarakat berpendapat bahwa hal itulah yang membuat wanita single terus menyandang status single karena tidak bergaul dengan yang lainya.

Di kantor, saat mengatur jadwal cuti atau giliran lembur wanita single sering “dikorbankan”. Ketika terjadi rebutan jadwal cuti, maka yang telah berkeluarga akan meminta cuti dengan alasan sekalian libur anak sekolah dan ingin menghabiskan waktu dengan keluarga. Untuk jadwal lembur, seringkali wanita single diminta lembur, sementara yang telah menikah dapat pulang dengan alasan menjemput anak dan berbagai alasan keluarga lainnya.

Ketika wanita single mencapai kesuksesan karir yang diikuti dengan materi, maka masyarakat akan menjadikan hal tersebut sebagai penyebab mengapa wanita sulit menemukan pasangan hidup. Masyarakat sekitar akan berkata siapa yang mau mendekati kalau dia sudah mapan. 

 Pandangan  bahwa banyak pria yang terkesan “takut” pada wanita mapan. Para pria akan berpikir dua kali untuk mendekatinya. Karena dalam pikiran mereka biasanya cewek mapan akan mencari pasangan yang setara atau setidaknya sama kemapanannya. Mereka telah membuat standar sendiri bahwa cewek mapan tidak mau didekati cowok yang memiliki taraf hidup “materi’ di bawah dia. Alur berpikir seperti ini tentu saja akan menggiring sang pria pada kesimpulan bahwa dia bukan orang yang tepat setelah mengukur kemapanannya. Jika dari awal dia telah melihat wanita itu mapan, mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Seorang pria mungkin saja merasa tak ada arti bagi istrinya. Hingga dia minder dengan wanita yang mapan dan punya penghasilan cukup. Sebagian besar pria tidak mau bila dalam sebuah hubungan posisinya ada di bawah perempuan. Lebih jauh dalam rumah tangga ia ingin menjadi kepala keluarga yang akan bertanggung jawab memenuhi kebutuhan istri dan keluarganya kelak. Masyarakat akan menganggap wanita single yang mapan tersebut tidak membutuhkan pendamping karena sudah memiliki semuanya. 

Anggapan lain yang muncul ialah wanita tersebut terlalu memilih dalam mencari pasangan hidup, hanya mau dengan pria kaya atau yang berkedudukan tinggi.Tetapi di lain sisi, sebagian besar wanita single mungkin hanya menginginkan pria yang mau menerimanya apa adanya, bukan karena pekerjaan dan penghasilannya. Dan ia tidak memandang rendah pria dengan penghasilan kecil darinya. Biasanya wanita mapan akan lebih berorientasi pada kualitas hubungan bukan pada materi yang dimiliki pasangannya.

Saat wanita single mulai dekat dengan seorang pria, bukan hanya orang tua, tetapi masyarakat disekitar juga akan menilai orang tersebut. Apabila pria tersebut berpenghasilan lebih sedikit, maka masyarakat akan menilai wanita mapan “membeli” suami. Apabila pria tersebut memiliki wajah yang tidak tampan, maka masyarakat akan menganggap wanita single mau dekat dengan pria tersebut karena sudah dikejar umur. Apabila pria tersebut seorang duda yang mapan walaupun tidak tampan, maka masyarakat akan menganggap wanita single hanya mengejar hartanya.

Semua anggapan masyarakat tersebut secara tidak langsung telah membebani wanita dan pria single dalam menjalani kehidupan sehari hari. Tanpa ditambah dengan anggapan masyarakat, wanita dan pria single telah menghadapi masalahnya sendiri yaitu sulitnya menemukan pasangan hidup dan rasa kesepian. Akhirnya yang dapat dilakukan oleh wanita dan pria single dalam menyikapi berbagai pandangan masyarakat tersebut ialah sedapat mungkin mengabaikannya. 

Pandangan masyarakat, perang batin, perasaan kesepian, kesulitan dalam mengerjakan hal-hal yang membutuhkan orang lain atau pasangan, pemenuhan kebutuhan fisik maupun rohani dan lain sebagainya tidaklah mudah dijalani oleh seorang single. 

Tentu perlu disadari hidup sebagai seorang single dalam umur tertentu itu tidaklah mudah, tapi kembali lagi pada para individu itu sendiri, karena menjadi single itu adalah suatu pilihan.



(to be continue... kenapa wanita dan pria single susah mendapatkan pasangan? Apakah karena termasuk dalam tipe single pasif dan tipe pasif seperti apakah?)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar